Ransomware adalah jenis perangkat lunak berbahaya (malware) yang dirancang untuk menyandera data atau perangkat dengan cara mengenkripsi data pengguna sehingga mereka tidak dapat mengaksesnya. Pelaku ransomware kemudian meminta tebusan (biasanya dalam bentuk cryptocurrency seperti Bitcoin) sebagai imbalan untuk memberikan kunci dekripsi atau mengembalikan akses data tersebut. Jenis serangan ini sangat merusak karena dapat mengganggu operasi bisnis, pemerintahan, rumah sakit, dan individu.
Cara Kerja Ransomware
Proses serangan ransomware umumnya melibatkan beberapa tahapan, yaitu:
- Infeksi: Ransomware biasanya masuk melalui phishing email, link atau file yang disusupi malware, atau melalui exploit pada perangkat lunak yang tidak diperbarui.
- Enkripsi Data: Begitu ransomware berhasil masuk ke sistem, ia akan mengenkripsi file atau data penting di komputer atau jaringan korban. Proses ini membuat data menjadi tidak dapat diakses tanpa kunci dekripsi khusus.
- Tuntutan Tebusan: Setelah enkripsi selesai, pelaku akan menampilkan pesan di layar korban yang berisi tuntutan pembayaran tebusan. Biasanya, pelaku meminta pembayaran dalam bentuk cryptocurrency karena sulit dilacak.
- Pembayaran dan Dekripsi: Korban yang memilih untuk membayar tebusan mungkin mendapatkan kunci dekripsi. Namun, tidak ada jaminan bahwa pelaku benar-benar akan memberikan kunci tersebut, dan banyak ahli keamanan siber menyarankan untuk tidak membayar karena hal ini hanya akan mendukung aktivitas kejahatan mereka.
Jenis-Jenis Ransomware
Terdapat beberapa jenis ransomware yang berkembang, beberapa di antaranya adalah:
- Crypto-Ransomware: Jenis ransomware ini mengenkripsi data korban dan meminta tebusan untuk kunci dekripsi.
- Locker Ransomware: Jenis ini mengunci akses ke perangkat korban, membuatnya tidak dapat digunakan, meskipun data tidak dienkripsi.
- Scareware: Ini adalah software palsu yang berpura-pura sebagai program antivirus dan menakut-nakuti pengguna agar membayar untuk “menghilangkan” ancaman palsu.
Contoh Serangan Ransomware Terkenal
- WannaCry (2017): Salah satu serangan ransomware terbesar yang pernah terjadi, mempengaruhi ratusan ribu komputer di seluruh dunia dalam waktu singkat. Serangan ini menggunakan exploit EternalBlue, yang memanfaatkan kerentanan di Windows. WannaCry menyerang banyak institusi penting, termasuk rumah sakit di Inggris (NHS), dan menuntut tebusan dalam bentuk Bitcoin. Dampaknya sangat luas, dengan kerugian yang diperkirakan mencapai miliaran dolar.
- NotPetya (2017): Meskipun awalnya diduga sebagai ransomware, NotPetya sebenarnya lebih merupakan serangan cyber yang bertujuan untuk menghancurkan data daripada mendapatkan tebusan. Serangan ini memulai infeksi di Ukraina dan menyebar secara global, merusak berbagai perusahaan besar seperti Maersk dan Merck. Serangan ini menggunakan kerentanan serupa dengan WannaCry, tetapi kunci dekripsi tidak pernah disediakan, menunjukkan bahwa tujuannya adalah sabotase.
- Ryuk (2018-sekarang): Ryuk adalah ransomware yang sangat ditargetkan terhadap perusahaan besar, terutama sektor kesehatan. Ryuk mengenkripsi data penting dan menuntut tebusan dalam jumlah besar, sering kali mencapai ratusan ribu hingga jutaan dolar. Serangan ini sering kali dilakukan setelah jaringan telah diretas dan dipelajari untuk menentukan data mana yang paling penting.
- Conti (2020-2022): Conti adalah salah satu grup ransomware-as-a-service (RaaS) yang paling aktif hingga awal 2022. Mereka menargetkan institusi besar, termasuk rumah sakit dan pemerintah lokal. Conti bertanggung jawab atas banyak serangan besar dan dikenal karena menggunakan taktik “double extortion”—mengancam untuk membocorkan data yang dicuri jika tebusan tidak dibayar.
- Sodinokibi/Revil (2019-2021): Grup REvil bertanggung jawab atas sejumlah serangan ransomware besar, termasuk yang menargetkan perusahaan besar seperti JBS (produsen daging terbesar di dunia) dan perusahaan teknologi seperti Kaseya. Serangan ini menyoroti betapa rentannya perusahaan besar terhadap ransomware. REvil menjadi berita utama karena tebusan yang diminta sering kali mencapai puluhan juta dolar.
Kasus Ransomware Terbaru di Indonesia
Di Indonesia, ransomware juga mulai menargetkan berbagai institusi dan organisasi. Beberapa kasus serangan ransomware terbaru yang menjadi sorotan adalah:
- Serangan terhadap Bank Syariah Indonesia (BSI) (2023): Pada Mei 2023, Bank Syariah Indonesia (BSI) mengalami serangan siber yang diduga melibatkan ransomware. Serangan ini menyebabkan gangguan terhadap layanan BSI selama beberapa hari, termasuk sistem perbankan online dan mobile banking. Meskipun detail tebusan tidak diungkapkan, serangan ini menimbulkan kekhawatiran besar tentang keamanan siber di sektor perbankan Indonesia.
- Serangan terhadap Rumah Sakit di Indonesia: Beberapa rumah sakit di Indonesia dilaporkan menjadi target serangan ransomware. Serangan ini menyebabkan gangguan operasional yang signifikan dan menunjukkan bahwa sektor kesehatan di Indonesia juga rentan terhadap ancaman siber.
- Kasus Serangan Ransomware Terhadap Pusat Data Nasional (PDN) di Indonesia: Selain kasus ransomware di sektor perbankan dan rumah sakit, ada juga insiden siber yang melibatkan Pusat Data Nasional (PDN) di Indonesia. Pada pertengahan 2023, Pusat Data Nasional dilaporkan mengalami serangan siber yang berpotensi melibatkan ransomware. PDN adalah pusat penyimpanan dan pengolahan data milik pemerintah Indonesia yang berfungsi sebagai hub utama untuk data sensitif, termasuk data warga negara, kementerian, dan berbagai instansi publik lainnya.
Pencegahan Ransomware
Berikut beberapa langkah yang dapat diambil untuk melindungi diri dari serangan ransomware:
- Backup Data Secara Berkala: Menyimpan salinan data di tempat yang terpisah dan aman memastikan bahwa jika serangan ransomware terjadi, data tetap dapat diakses dari backup dan jangan sampai kalian lupa backup datanya seperti kasus yang ada di konoha.
- Gunakan Perangkat Lunak Keamanan yang Terpercaya: Antivirus dan firewall dapat membantu mencegah ransomware masuk ke dalam sistem.
- Pembaruan Perangkat Lunak Secara Berkala: Banyak serangan ransomware yang memanfaatkan kerentanan di perangkat lunak. Memastikan bahwa semua perangkat lunak diperbarui dapat mengurangi risiko ini.
- Hati-Hati dengan Email Phishing: Banyak serangan ransomware bermula dari phishing email yang mengelabui pengguna untuk membuka file atau link berbahaya.
Kesimpulan
Ransomware merupakan ancaman yang terus berkembang dan dapat menyerang siapa saja, mulai dari individu hingga perusahaan besar. Dengan semakin canggihnya teknik yang digunakan oleh penyerang, sangat penting untuk selalu waspada, menjaga keamanan siber dengan serius, dan menerapkan langkah-langkah pencegahan yang memadai.
Referensi Tambahan:
- WannaCry Attack: Lessons Learned – Sumber yang membahas dampak dan pelajaran dari serangan ransomware terbesar di dunia.
- Ryuk Ransomware Targets Hospitals Amid COVID-19 – Artikel yang mengeksplorasi bagaimana Ryuk ransomware menargetkan institusi kesehatan selama pandemi.
- Conti Ransomware Gang Shut Down After Leaks – Laporan tentang berakhirnya operasi Conti dan dampaknya terhadap lanskap ransomware global credit note by Maulana AdminIsh.